Pendekatandesain digunakan untuk mengkaji produk batik malam dingin. Pengambilan sampel menggunakan teknik cuplikan purposive sampling. Sumber data yang digunakan adalah narasumber (informan), tempat dan aktifitas, benda, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi berperan pasif dan analisis dokumen MalamMusim Dingin Wallpaper Winter Night. Info Info Peringkat dan Ulasan (0) rangkuman ulasan. Saat ini tidak ada ulasan untuk wallpaper ini. Jadilah yang pertama mengulas wallpaper ini. Kirim Review Anda. penilaian. ULASAN. Pos. Daftar Daftarkan akun PHONEKY untuk mengirim ulasan dengan nama Anda, upload dan simpan aplikasi, JurusanPKK menyelenggarakan pelatihan membatik dengan malam dingin pada tanggal 21 hingga 23 November 2017 di Laboratorium Batik, bersama Doddie K. Permana seorang desainer tekstil dan konsultan tekstil yang didatangkan dari Bandung. Membatik dengan malam dingin merupakan salah satu trobosan dalam industri tekstil. Selama tiga hari (dimulai pukul ) peserta diberikan materi: Konsep KAJIANPRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret Disusun oleh : NIFIRA SHINTA S. D. C0912020 FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET BeliKAIN BATIK MALAM DINGIN COLLECTION (BATIK KAIN KAMI) di Batik Kain Kami. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. pixel 6 royal canin ipad mini 5 botol Padateknik print malam dingin, teknik sablon digunakan untuk melekatkan lilin dingin pengganti malam, sehingga hasilnya sangat mirip dengan batik. Batik Analyzer. Di era Industri 4.0 ini Batik Analyzer adalah salah satu solusi atas permasalahan pembedaan batik dan tiruan dengan mengusung teknologi artificial intelligence. Alatbatik malam dingin, kain dan pewarna untuk kegiatan praktek siswa Info pemesanan dan pelatihan Alat batik malam dingin, kain dan - Prakarya Tangerang Dalamusaha memperkenalkan anak pada dunia pembuatan batik, Yayasan Pemuda Bergerak Foundation (PBF), yang bertempat di Desa/Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Menggunakan teknik pembatikan malam dingin, sebagai alternatif pengganti bahan dasar lilin, dalam teknik membatik tradisional. malamdingin untuk membatik anda ingin membatik dengan mudah dan tidak . ribet maka pakailah anda membutuhkannya segera hubungi kami. sedang proses malam dingin dan pewarnaan. sedang proses pewarnaan. ini hasil membatik dengan malam / lilin dingin. ini hasil membatik dengan malam / lilin dingin. diposting oleh doddiecrafts textile di 18.33. Pelanggandan pecinta batik semua, berikut adalah Pak Sigit mengerjakan proses Batik Malam Dingin. Silahkan WA 085728065344 untuk pemesanan dan informasi lengkap nya dengan pak Sigit. Berikut ini adalah proses menggelar bahan kain pada meja print malam dingin. Bahan yang biasa kami kerjakan adalah mulai dari Rayon, Katun, Satin, Sutra FcNsMfL. Metode untuk membedakan produk batik atau tiruan batik dapat dilakukan secara visual, fisika, dan kimia. Metode secara visual dapat dilakukan dengan melihat karakteristik visual seperti penampakan kain depan dan belakang, bekas goresan malam, warna, dan lain sebagainya. Untuk membuat parameter standar ciri produk batik dan tiruan batik tidak hanya mengandalkan secara visual, namun perlu diperkuat dengan parameter fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik kain sebelum dan setelah perlakuan proses membatik dan proses tiruan batik. Pengujian fisik kain meliputi uji parameter permeabilitas udara, kekuatan tarik dan mulur, dan penampakan dengan SEM. Hasil pengujian menunjukkan, kain dengan proses batik maupun malam dingin terlihat memiliki permukaan yang kasar serta serat yang lebih pipih dibanding kain dengan proses sablon warna dan cabut warna yang memiliki permukaan lebih halus dan serat lebih membulat. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 103 KARAKTERISTIK FISIK PRODUK BATIK DAN TIRUAN BATIK Physics Characteristics of Batik Product and Imitation Batik Masiswo, Joni Setiawan, Vivin Atika, dan Guring Briegel Mandegani Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7, Yogyakarta, Indonesia masiswo Tanggal Masuk 26 Oktober 2017 Tanggal Revisi 28 Desember 2017 Tanggal disetujui 28 Desember 2017 ABSTRAK Metode untuk membedakan produk batik atau tiruan batik dapat dilakukan secara visual, fisika, dan kimia. Metode secara visual dapat dilakukan dengan melihat karakteristik visual seperti penampakan kain depan dan belakang, bekas goresan malam, warna, dan lain sebagainya. Untuk membuat parameter standar ciri produk batik dan tiruan batik tidak hanya mengandalkan secara visual, namun perlu diperkuat dengan parameter fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik kain sebelum dan setelah perlakuan proses membatik dan proses tiruan batik. Pengujian fisik kain meliputi uji parameter permeabilitas udara, kekuatan tarik dan mulur, dan penampakan dengan SEM. Hasil pengujian menunjukkan, kain dengan proses batik maupun malam dingin terlihat memiliki permukaan yang kasar serta serat yang lebih pipih dibanding kain dengan proses sablon warna dan cabut warna yang memiliki permukaan lebih halus dan serat lebih membulat. Kata kunci batik, tiruan batik, karakteristik tiruan batik, karakterisasi ABSTRACT Methods to differentiate batik product or imitation batik could be done by visual, physics, and chemistry method. Visual methods implemented by seeing visual characteristics such as appearance of the front and rear fabrics, wax’s scratch marks, color and so forth. To create standard characteristic parameter of batik product and imitation batik not only rely on visual sighting, but also need to be strengthened with the physical and chemical parameters. This study aims to determine physical characteristics of fabric before and after process of batik or imitation batik. Physical tests of fabric include air permeability, tensile and stretching strength, and appearance with SEM. The results showed that fabric with batik and cold-wax-printed process had more rough surfaces than fabric with color-printed and color-discharge process. Keywords batik, imitation batik, characteristics of imitation batik, characteristics PENDAHULUAN Salah satu warisan budaya Indonesia adalah batik. Setelah mendapatkan pengakuan dari United Nation Educational Scientific and Culture Organization UNESCO, penggunaan batik semakin diapresiasi secara luas oleh Bangsa Indonesia Tiningrum, 2014. Sekarang ini, batik menjadi salah satu tren dalam dunia fashion Indonesia. Permintaan produk batik mengalami peningkatan dari segi minat pemakaian dan juga produksi dari produsen batik. Sesuai dengan definisi SNI 02392014, Batik – Pengertian dan istilah, batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam lilin batik panas sebagai perintang warna dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk 104 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 membentuk motif tertentu yang memiliki makna BSN, 2014.Namun kenyataannya di pasaran terdapat produk batik yang tidak sesuai dengan SNI 02392014. Secara singkat proses pembatikan adalah menulis atau mengecap dengan lilin batik, memberi warna pada kain dengan cara mencelup atau coletan, menghilangkan lilin batik pada kain dengan mengerok atau melorod Susanto, 1974. Kepopuleran batik ternyata berimbas pada penggunaan teknologi tekstil yang mampu mempercepat produksi kain yang bermotif batik. Teknologi ini mampu menghasilkan puluhan hingga ratusan potong kain batik dalam waktu sehari Nurainun, dkk., 2008. Akan tetapi, percepatan kemampuan produksi tersebut menghilangkan esensi budaya dari batik tersebut, karena batik yang diakui sebagai warisan budaya adalah batik yang menggunakan malam lilin batik dengan peralatan utama yaitu canting tulis, cap, maupun kombinasi keduanya. Hasil dari penggunaan teknologi ini disebut tekstil bermotif batik yang sekarang diberi istilah tiruan batik. Tiruan batik yang menggunakan proses batik disebut paduan tiruan batik dengan batik. Menurut SNI 81842015, Tiruan batik dan paduan tiruan batik dengan batik adalah produk manual, semi masinal dan atau masinal yang dibuat menggunakan alat utama screen-rakel dan atau alat lain untuk melekatkan pewarna, bahan kimia cabut warna, dan atau malam dingin serta paduannya untuk membentuk motif BSN, 2015.Tiruan batik diklasifikasikan menjadi sablon/print warna, sablon/print malam dingin, sablon/print cabut warna, dan kombinasi antara sablon/print warna-cabut warna. Proses sablon warna textile printing merupakan teknik membuat selembar kain dengan peralatan utama berupa screen, rakel sablon, dan bahan pewarna. Proses sablon warna dapat menghasilkan produk menyerupai batik. Motif tergantung dari motif yang ada pada screen. Produk kain menyerupai batik pada proses ini dikenal dengan tekstil bermotif batik. Proses sablon warna adalah selembar kain yang dibentangkan serta dilekatkan pada meja, kemudian screen diletakkan di atas kain dan pewarna dirakelkan pada screen sehingga membentuk warna pada kain sesuai dengan motif pada screen. Gambar 1. Proses sablon warna Sumber Perbedaan antara batik dengan tiruan batik sablon malam dingin terletak pada cara pelekatan malam. Pada batik tulis, pelekatan malam digoreskan dengan canting tulis. Pada batik cap, proses pelekatan malam dilekatkan dengan canting cap. Sementara pada proses sablon malam dingin, proses pelekatan malam dilakukan dengan cara sablon, sama seperti sablon warna. Setelah malam dingin menempel pada kain, proses selanjutnya adalah pewarnaan dan pelorodan malam. Menurut Sulaeman dan Suhartini 1988, untuk membuat lilin batik pasta menggunakan bahan lilin batik seperti damar atau mata kucing, gondorukem, kote, paraffin dan K a r a k t e r i s t i k F i s i k P r o d u k B a t i k . . . , M a s i s w o 105 terpentin. Bahan-bahan tersebut dicampur dan dipanaskan sehingga diperoleh lilin batik pasta. Lilin batik pasta selanjutnya diencerkan dengan pelarut organis seperti aseton, toluena, n-heksana, dan terpentin Sulaeman & Suhartini, 1988. Pada praktek di lapangan, IKM batik menggunakan pelarut benzena dan thinner pengencer cat. Pada perkembangan selanjutnya, terdapat tekstil bermotif batik dengan proses sablon cabut warna. Cabut warna dalam istilah tekstil disebut dengan pengelantangan atau bleaching. Tujuan pengelantangan pada proses pembuatan batik ini adalah untuk membentuk motif yang dikehendaki. Proses pengelantangan menggunakan zat oksidator dan reduktor. Zat pengelantang oksidator yang biasa digunakan adalah hidrogen peroksida, natrium hipoklorit, natrium klorit, dan kaporit. Sedangkan zat pengelantang reduktor yang digunakan adalah sulfur dioksida dan garam hidrosufit Suprapto, 2005. Manfaat penggunaan teknologi tekstil diantaranya waktu pengerjaan lebih cepat dan biaya produksi lebih efisien, sehingga dapat menekan harga jual produk. Hal ini menyebabkan harga tiruan batik jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan batik cap, kombinasi, maupun batik tulis. Selain produsen dalam negeri, pasar tiruan batik juga diramaikan oleh negara lain seperti Cina dan Vietnam. Sebagai contoh pada tahun 2012, impor kain batik dan produk jadi batik dari Cina mencapai Rp 285 milyar, padahal batik identik dengan karya Indonesia dan hal ini sudah terjadi beberapa tahun Anonim, 2012. Produk yang diimpor tersebut diantaranya terdapat tiruan batik. Hal ini semakin mengancam kejayaan batik tradisional Indonesia dan melemahkan industri batik itu sendiri. Upaya untuk melindungi batik dilakukan dengan cara pembuatan regulasi pembatasan impor produk tekstil batik karena terdapat peningkatan jumlah yang signifikan, peraturan tersebut dikeluarkan pada tahun 2015 oleh Menteri Perdagangan dengan Nomor 53/M-DAG/PER/7/2015 Kemendag, 2015. Upaya lain yang perlu dilakukan adalah pembuatan standardisasi produk tiruan batik. Untuk membuat standar produk tiruan batik terlebih dahulu perlu diketahui ciri visual, fisika dan kimia. Ciri fisik atau karakteristik kain yang sudah dilakukan proses pembatikan dan penyablonan sebagai pembeda produk batik tulis, cap, kombinasi dengan tiruan batik sablon warna, sablon malam dingin, sablon cabut warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter fisik kain sebelum dan setelah perlakuan batik atau tiruan batik. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan lima jenis sampel berbahan kain katun, yang terdiri dari kain katun polos sebagai kontrol, kain batik menggunakan malam batik, kain tiruan batik sablon warna, sablon cabut warna, dan sablon malam dingin dimana seluruhnya memiliki motif yang sama. Dalam pembuatan sampel tiruan batik, bahan yang digunakan yaitu pewarna rhemazol, air, dan manuteks untuk sablon warna; malam batik yang sudah dilarutkan dengan pelarut benzene untuk sablon malam dingin; dan Resist CT Copper untuk sablon cabut warna. Pengujian dilakukan pada masing-masing contoh kain dengan uji permeabilitas udara, uji kekuatan tarik dan mulur searah lusi dan pakan menggunakan SNI ISO 50792016 serta pengamatan visual Scanning Electron Microscope Jeol JSM-6510LA. 106 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 Pada penelitian ini, metode yang digunakan dalam mengidentifikasi karakter batik dan tiruan batik adalah dengan daya tembus udara, uji tarik dan mulur serat, serta SEM. Daya Tembus Udara Air Permeability Daya tembus udara menyatakan jumlah atau volume udara yang dapat melalui kain pada suatu satuan luas tertentu dengan tekanan tertentu Moerdoko, dkk., 1973. Daya tembus udara berhubungan dengan performance kain yaitu indikasi breathability-nya Yadav et al., 2006. Metode yang dipakai sesuai dengan SNI 76482010, Tekstil-Cara uji daya tembus udara pada kain. Kekuatan Tarik dan Mulur Kekuatan tarik kain dinyatakan dengan daya tahan kain terhadap tarikan pada arah lusi maupun pakan Moerdoko et al., 1973. Daya mulur adalah kemampuan kain untuk kembali ke keadaan dan ukuran semula akibat suatu gaya, dalam hal ini tarikan Jewel, 2009. Kekuatan tarik dan mulur berhubungan dengan kekuatan dan elastisitas anyaman serat material. Metode yang dipakai sesuai dengan SNI 02762009, Cara uji kekuatan tarik dan mulur kain tenun. Scanning Electron Microscope SEM Scanning Electron Microscope SEM adalah metode pencitraan permukaan resolusi tinggi menggunakan elektron. SEM memiliki perbesaran lebih tinggi, yaitu sampai lebih dari kali dan kedalaman yang lebih besar sampai 100 kali jika dibandingkan dengan mikroskop cahaya. Informasi analisa yang didapatkan mencakup kualitatif dan kuantitatif menggunakan Energy Dispersive X-ray Spectrometer EDS dengan SEM. Pencitraan permukaan dilakukan untuk mengetahui karakter permukaan kain dan kandungan unsur yang berada di kain. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan pada penelitian ini adalah hasil uji permeabilitas udara, kekuatan tarik/mulur, dan visual berdasarkan SEM. Daya Tembus Udara Air Permeability Hasil pengujian daya tembus udara/permeabilitas udara dari sampel disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik permeabilitas udara 107 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 Gambar 2 menunjukkan bahwa permeabilitas udara yang paling besar secara berurutan adalah sablon malam 135,9 cfm, sablon warna 132,6 cfm, batik 115,2 cfm, cabut warna 95,1 cfm dan kain polos 30,2 cfm. Secara umum terjadi peningkatan permeabilitas udara setelah kain mengalami perlakuan. Hal ini disebabkan oleh melebarnya tetal pada kain, sehingga udara dapat lebih menembus kain. Perlakuan memberikan permeabilitas sampel terhadap udara secara berurutan dari yang paling tinggi yaitu perlakuan sablon malam, sablon warna, batik, dan cabut warna. Permeabilitas terhadap udara yang semakin tinggi artinya material kain semakin tahan terhadap tekanan udara. Kekuatan anyaman kain semakin tinggi karena anyaman lebih rapat. Pada perlakuan sablon malam, sablon warna, dan batik, permukaan kain dapat terisi oleh sisa malam maupun zat warna yang terjebak, sehingga mengisi dan memperkuat anyaman. Sedangkan pada cabut warna, zat pemutih dapat mengurangi kekuatan benang dan anyaman. Nilai permeabilitas sampel cabut warna lebih besar dari blangko karena masih ada sisa zat warna yang mengisi anyaman kain, sedangkan pada blangko tidak ada. Kekuatan Tarik dan Mulur Kekuatan tarik pada kain ditentukan oleh materi penyusun dan tetal dari benang yang digunakan. Pada kain katun primissima, kekuatan tarik yang dimiliki kain polos sebesar 124,9 N pakan dan 210 N lusi. Ketika kain diproses dengan pembatikan pembatikan malam dan pelorodan pada air dengan suhu 70 - 80°C, kekuatan tarik kain mengalami penurunan menjadi 63,1/109,2 N. Proses pembatikan dengan perlakuan panas tersebut ternyata berpengaruh pada penurunan nilai kekuatan tarik, dengan kata lain pemanasan berpengaruh pada benang penyusunnya. Sedangkan pada proses sablon malam, sablon warna, dan cabut warna peningkatan nilai kekuatan tarik justru terjadi pada arah lusi. Proses print warna dan cabut warna hanya mengalami sedikit peningkatan, sedangkan sablon malam mengalami cukup banyak peningkatan hingga mencapai 276 N. Meskipun proses pelorodan juga dilakukan pada sablon malam dingin, namun yang terjadi berbeda dengan batik. Hal ini menyebabkan perlu pengamatan dan uji coba dengan sampel yang lebih banyak lagi sehingga perbedaan tersebut dapat diketahui penyebabnya. Secara umum hasil uji atas kekuatan tarik disajikan dalam Gambar 3. Grafik kekuatan tarik 108 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 Gambar 4. Grafik kekuatan mulur Kekuatan mulur pada kain primissima polos memiliki nilai 11,9/8,2 N. Setelah melalui pembatikan, kain mengalami penurunan kekuatan namun tidak banyak yaitu sebesar 11/7 N. Sama halnya dengan batik, nilai kekuatan mulur juga mengalami penurunan pada proses sablon malam. Sedangkan pada sablon warna justru mengalami kenaikan yang tajam yakni sebesar 13,3/31,9 N. Hal ini dimungkinkan karena perlakuan manuteks yang meningkatkan elastisitas, akan tetapi perlu dilakukan percobaan lebih mendalam mengenai hal ini. Secara umum hasil uji atas kekuatan mulur dapat dilihat pada Gambar 4. Pengamatan Dengan SEM Hasil pengamatan dengan pembesaran 50 kali, diketahui bahwa tidak terdapat perbesaran secara visual. Tekstur kain dari blangko dan semua perlakuan terlihat relatif sama Gambar 5. Secara umum perlakuan proses batik dan tiruan batik memang memberikan hasil yang tidak berbeda karena tidak melibatkan proses yang rumit meskipun dalam proses pembatikan terdapat proses pelorodan menghilangkan malam dengan rendaman air hangat-panas.Gambar 5. Pengamatan SEM perbesaran 50x K a r a k t e r i s t i k F i s i k P r o d u k B a t i k . . . , M a s i s w o 109 Gambar 6. Pengamatan SEM perbesaran 500xPengamatan pada kain dengan perbesaran 500 x mulai terlihat adanya perbedaan pada tekstur kain. Kain blangko terlihat halus dengan sedikit ada serabut. Pada proses batik, serabut pada benang terlihat lebih banyak daripada blangko. Serabut benang pada kain batik juga terlihat lebih ramping dibandingkan blangko. Sama halnya dengan kain yang dibatik, kain dengan perlakuan malam dingin memiliki tekstur relatif sama dengan kain batik. Kain batik dan malam dingin melalui proses yang sama yaitu pelorodan pada rebusan air hangat-panas sampai dengan 100oC. Sedangkan pada kain dengan proses sablon warna relatif sama dengan blangko karena tidak melalui proses 7. SEM Perbesaran 1000x 110 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 Proses perlakuan pembatikan dan penggunaan malam dingin memperlihatkan adanya dugaan sisa malam pada permukaan kain. Hal tersebut terlihat pada serat kain dengan perbesaran 1000 kali Gambar 7. Serat kain yang diberikan perlakuan malam, terlihat sisa malam yang menempel pada serat kain sehingga terlihat lebih tidak beraturan. Malam pada kain tidak sepenuhnya hilang dengan proses pelorodan, namun ada yang masih tertinggal pada kain. Ada perbedaan karakter sisa malam pada batik dan malam dingin. Pada kain dengan proses batik, sisa malam yang menempel terbihat lebih kasar dibandingkan dengan malam dingin karena pada malam dingin digunakan pelarut bensin ataupun thinner/pengencer cat yang berpengaruh pada larutan malam. Pada kain blangko, serat kain terlihat lebih pipih dan teratur dibanding serat kain yang lain. Serat kain dengan perlakuan cabut warna dan sablon warna bagian terang tidak terkena zat sablon terlihat relatif sama dengan blangko Kain dengan perlakuan sablon warna bagian gelap terkena zat sablon terlihat ada sisa bintik-bintik zat sablon yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan zat pengental manuteks dari natrium alginat yang berbentuk serbuk. Ada kemungkinan bahan tersebut masih tersisa karena tidak sepenuhnya larut dalam pewarna sablon. Pada sampel cabut warna, serat tampak membulat dan permukaan lebih halus dan tampak rapuh sedangkan pada sampel sablon warna tampak lebih membulat dan berwarna lebih gelap dan keruh KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik batik dan tiruan batik meliputi kekuatan tarik dan mulur, daya tembus udara dan morfologi serat dapat diidentifikasi dengan menggunakan metode uji tarik dan mulur serat, uji daya tembus udara, serta uji SEM. Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh masing-masing bahan pendukung pada proses pembuatan batik dan tiruan batik terhadap mekanika kain. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini dibiayai oleh DIPA Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian Tahun 2016. Penulis mengucapkan terimakasih kepada tim penelitian dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Berita Industri. Retrieved Maret 6, 2017, from BSN. 2014. SNI 02392014 Batik - Pengertian dan istilah. Jakarta Badan Standardisasi Nasional. BSN. 2015. SNI 81842015 Tiruan Batik dan Paduan Tiruan Batik dengan Batik - Pengertian dan Istilah. Jakarta Badan Standardisasi Nasional. Kemendag. 2015. Peraturan Menteri PerdaganganNomor 53/M-DAG/PER/7/2015 Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil Batik dan Motif batik. Jakarta Kementerian Perdagangan. Sulaeman, & Suhartini, T. 1988. Penelitian Pengaruh Beberapa Pelarut Organik dalam Pembuatan Lilin Batik Cair terhadap Proses Pembatikan. Dinamika Kerajinan dan Batik, 25-29. Suprapto, A. 2005. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Susanto, S. 1974. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta Balai Penelitian Batik dan Kerajinan. Jewel, R. 2009. Textile Testing. New Delhi APH Publishing Corporation. Retrieved K a r a k t e r i s t i k F i s i k P r o d u k B a t i k . . . , M a s i s w o 111 from testing&f=false Moerdoko, W., Isminingsih, Wagimun, & Soeripto. 1973. Evaluasi Tekstil - Bagian Fisika. Bandung Institut Teknologi Tekstil. Nurainun, Heriyana, & Rasyimah. 2008. Analisis Industri Batik di Indonesia. Fokus Ekonomi, 73, 124–135. Retrieved from Tiningrum, E. 2014. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Batik di Usaha Kecil Menengah Batik Surakarta. Advance, 12, 63–79. Retrieved from Yadav, A., Prasad, V., Kathe, A. A., Raj, S., Yadav, D., Sundaramoorthy, C., & Vigneshwaran, N. 2006. Functional Finishing in Cotton Fabric Using Zinc Oxide Nanoparticles. Bulletin Material Science, 296, 641–645. 112 D i n a m i k a K e r a j i n a n d a n B a t i k , Vol. 34, No. 2, Desember 2017, 103-112 ... Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009 [1]. Pengakuan tersebut memberikan dampak positif pada industri batik sehingga perkembangannya meningkat dan batik dijadikan sebagai salah satu tren fashion Indonesia yang popular di dunia [2]. Industri batik yang berkembang pesat di Indonesia secara langsung mendongkrak nilai ekspor dimana pada periode Januari hingga Juli 2020 mencapai USD 21,54 juta, naik 19,73% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar USD 17,99 juta. ...Vidia RuzzaAlamsyah Farizki RamdhaniFarhan Adi Saputra Citra WigunaBatik Ruzza is a batik industry UMKM that was developed in the Pekalongan area, Central Java. The trademark "Batik Ruzza" has been producing batik clothes for more than 20 years. Batik Ruzza in carrying out its activities is very focused on raw materials, quality, completeness, and service. The problem with MSME Batik Ruzza is that there is a defect in the Batik Ruzza product which causes a buildup of clothing products that cannot be sold on the market. This is partly due to the non-optimal selection of raw material suppliers for batik clothes to improve the quality of Batik Ruzza products. The purpose of this research is to determine the right criteria for the company in determining the supplier of raw materials appropriately. The method used is Simple Additive Weighting SAW. The basic concept of the SAW method is to find the weighted sum of the performance ratings for each alternative on all attributes. The selected criteria attributes are price, quality, completeness, delivery, and service. Based on the calculations carried out, it was found that the best supplier recommendation was the alternative A5 or Tiara which was worthy of being used as a supplier of batik cloth for Batik Ruzza clothing products... Pada dasarnya proses printing pengelantangan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil secara setempat dengan melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan [1]. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu gambar pada kertas. ...Agus TaufikYudha Hanif LisandriLuthfiyah Alia APenelitian ini mengkaji tentang optimalisasi penggunaan pengental alam Manuteks pada pencapan kain polyester dengan zat warna pigmen menggunakan pasta cap sistem larutan bebas dari pelarut minyak. Zat warna pigmen itu sendiri tidak memiliki afinitas terhadap serat, oleh karena itu fiksasinya ke dalam serat diperlukan bantuan zat pengikat yaitu binder. Tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah proses pencapan bahan tekstil dengan pasta cap system larutan, selajutnya dilakukan proses pemanas awetan kemudian dilakukan pengujian kualitas bahan hasil pencapan. Pada penelitian ini digunakan zat warna pigmen imperon, dengan variasi pemakaian pengental sebanyak 5g; 10 g; 15 g; 20 g; dan 25 g dan suhu pemanas awetan divariasikan 120 ºC; 130 ºC; 140 ºC. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penmbahan jumlah pemakaian pengental dan kenaikan suhu pemanasawetan akan memperkecil terjadinya perembesan motif hasil pencapan dan menaikkan kekakuan kainn. Hasil optimum dari penelitian diperoleh pada pemakaian pengental sebanyak 20g dan suhu pemanas awetan 130º C, dengan nilai kekakuan sebesar 48,50 untuk arah lusi dan 43,97 untuk arah pakan. Sedang pada sistem emulsi dikerjakan pada suhu pemanas awetan 140º C. nilai kekakuan kainnya sebesar 45,18 arah lusi dan 29,28 arah pakan.... Research on how to identify the authenticity of batik through the use of machine learning has not yet been found. However, ways to identify batik authenticity can be done by manually observing visual, physical, and chemical traits as stated by Masiswo et al. [18]. This research tries to found an automated solution in identifying batik authenticity. ...Zohanto WidyantokoTitik Purwati WidowatiIsnaini IsnainiParas Trapsiladispan id="docs-internal-guid-25a2977b-7fff-96bd-b93a-19bd55e68ea7"> In this research we try to solve the recognition problem in differentiating between batik and its imitation. Batik is an Indonesian heritage of process in making traditional textile product that is now endangered by the existence of imitation products. We try to compare two popular CNN model to classify batik products into five classes. The classes are tulis, cap, print warna, print malam, cabut warna. Tulis and cap are genuine batik, and the other three are an imitation. We realize that this problem is go beyond the recognition of fine grained image problem, it is a hard to identify image problem because even the batik experts is having a hard time identifying batik and its imitation if only based on its picture. The two CNN models, inceptionV3 and mobilenetV2 were trained on three types of image. One type is a freely taken image, the other two were taken based on the experts suggestion. The accuracy score shows that the model trained with the suggestion based picture perform better than the one trained with the random picture.